Bambang ‘Pacul’ Wuryanto menyulut api kemarahan kader arus bawah PDI Perjuangan yang menjadi relawan pendukung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024. Mereka merespons sebutan ‘celeng’ dari Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng itu, dengan membuat logo celeng berwarna merah, dengan taring panjang, dan latar belakang warna hitam. Ada tulisan ‘Barisan Celeng Berjuang’.
Logo kepala celeng merah itu, kini viral di media sosial. Ide dan pembuatannya dilakukan Eko Lephex, salah seorang penggerak Seknas Ganjar Indonesia (SGI) Kabupaten Purworejo. “Gambar itu memang saya yang buat, celeng kan lagi viral,” aku Eko saat dihubungi Selasa (12/10/2021).
Eko menjelaskan, logo itu sebagai gambaran perjuangan. “Barisan celeng adalah kita-kita ini kader PDIP yang ingin selalu berjuang untuk kebenaran demi besarnya partai mengusung Ganjar Pranowo presiden 2024,” kilahnya.
Ketua DPC SGI Purworejo yang juga Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Purworejo Albertus Sumbogo mengaku prihatin sebutan ‘celeng’ yang dikatakan Bambang ‘Pacul’ Wuryanto. Tapi, justru itu malah membuat para pendukung Ganjar kiat bersemangat. “Biar saja dianggap celeng, tapi tetap berjuang untuk kebenaran dan dorongan nuraninya,” sebut dia.
Segaris dengan Albertus adalah penilaian pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Sebutan ‘celeng’ terlalu berlebihan. Celeng itu artinya babi hutan. “Jika manusia disebut dengan nama binatang, itu penghinaan,” kilah Ujang. Harusnya, beda pandangan kader arus bawah direspons dengan lebih terbuka demi menjaga demokrasi di internal partai.
“Seharunys lebih rileks, karena PDI Perjuangan memiliki mekanisme dalam menentukan capres ataupun cawapres. Apalagi Ganjar itu kan kader sendiri,” kata Ujang.
Hal yang sama diucap pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno. “Mestinya suara kader ditampung, bukan malah disebut celeng. Kader itu ingin elite PDI Perjuangan juga mendengarkan aspirasi mereka soal pencapresan,” tutur Adi Prayitno.
Adi menyebutkan, sebutan ‘celeng’ bagi kader yang berbeda pandangan sebuah hal yang sangat berlebihan. “Berpartai terlihat begitu menyeramkan. Apalagi kader-kader di bawah itu hanya beda suara dengan elite, tinggal ditegur atau langsung dipecat, tapi tak perlu dituding celeng,” pungkasnya.
Bahkan, menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago sebutan ‘celeng’ bukan hanya tidak bijak tapi juga mendiskreditkan kader sendiri. “Sangat tidak bijak dengan gaya bahasa yang saya pikir sudah memecah dan mendiskreditkan kader PDI Perjuangan sendiri,” sebutnya.
Padahal, selama belum ada keputusan DPP soal nama calon presiden, setiap kader PDI Perjuangan dapat bersuara untuk calon presiden yang mereka idolakan atau yang mereka dukung. (Tim Amunisi)